Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi
jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian.
Apa kabar adik-adik? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat. Materi
fisika kita
kali ini akan membahas tentang komponen elektronika dasar, yaitu resistor.
Sebagaimana yang dipahami, elektronika adalah ilmu yang mempelajari tentang
gerakan elektron (arus listrik) dan pengendaliannya sehingga bisa
dimanfaatkan.
Untuk tujuan ini, maka diperlukan komponen-komponen yang bertugas melakukan
pengendalian tersebut, salah satunya adalah resistor.
Resistor merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sebuah
rangkaian. Coba saja buka alat elektronik yang ada di rumah, pasti kalian akan
menemukan resistor di dalamnya.
Nah, materi ini hadir untuk memberikan pembahasan lengkap tentang resistor,
meliputi pengertian, fungsi, jenis, kode warna, dan lain-lain.
Baiklah, kita mulai saja pembahasannya...
Pengertian Resistor
Apa yang dimaksud dengan resistor? Dalam ilmu fisika elektronika, resistor
adalah komponen dasar yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir
dalam suatu rangkaian.
Misalnya, pada rangkaian terdapat komponen yang hanya membutuhkan arus dalam
jumlah tertentu. Namun, arus yang mengalir dari sumber masih cukup
besar.
Maka, di depan komponen tersebut dipasangi resistor untuk menghambat sejumlah
arus agar yang mengalir ke komponen hanya sebesar yang dibutuhkan.
Struktur bagian dalam resistor yang terdiri dari kombinasi karbon dan keramik
memungkinkan untuk melakukan tugas tersebut. Berikut ini gambar penampakan
bagian dalam resistor:
Bagian dalam resistor terdiri dari inti keramik, kemudian dilapisi karbon.
Bagian ujung resistor diberi kawat sambungan yang terbuat dari logam sebagai
penghubung dengan komponen lainnya.
Fungsi Resistor
Selain menghambat arus listrik, ada beberapa fungsi lain dari resistor.
Berikut ini secara lengkap kakak uraikan semua fungsi resistor:
1. Penghambat Arus Listrik
Resistor berfungsi untuk menghambat arus listrik agar memiliki nilai
tertentu. Resistor membuat arus yang mengalir menjadi lebih kecil daripada
arus sumber.
Cara kerja resistor mirip dengan air yang mengalir di dalam pipa, kemudian
kita sumbat pipa tersebut dengan batu mengakibatkan aliran air akan
berkurang.
Air dimisalkan arus listrik dan batu sebagai resistor. Semakin besar dan
banyak penyumbat, maka aliran air akan semakin kurang.
Begitu juga resistor, semakin besar nilai hambatan dan jumlah resistor
maka aliran listrik semakin kecil.
Sebagian arus listrik harus dihambat agar sesuai dengan kebutuhan suatu
rangkaian elektronika.
Satuan nilai hambatan resistor adalah Ohm atau dilambangkan dengan simbol
omega (Ω).
2. Menurunkan Tegangan
Resistor juga bisa digunakan untuk menurunkan tegangan. Kita bisa dengan
bebas menurunkan tegangan sesuai yang dibutuhkan dengan merangkai
resistor secara seri.
Misalnya, kita akan menurunkan tegangan dari 15 V menjadi 5 V, kita
cukup menggunakan 2 buah resistor 10 kΩ dan 20 kΩ yang dirangkai secara
seri seperti pada gambar di atas.
3. Membagi Tegangan
Tidak hanya menurunkan tegangan, resistor juga dapat berfungsi untuk
membagi tegangan. Tegangan input akan dibagi sebesar yang dibutuhkan.
Caranya sangat mudah, hanya dengan merangkai resistor dengan sumber
tegangan secara seri, kemudian komponen yang akan diberi tegangan
dirangkai secara paralel dengan resistor.
Berikut ini gambar contoh rangkaian resistor sebagai pembagi tegangan:
Pada gambar di atas, tegangan sumber (V
in) telah terbagi
menjadi V
1 dan V
2.
Selain fungsi di atas, resistor juga memiliki fungsi lain jika
dirangkaikan dengan komponen lain, misalnya:
-
Resistor berfungsi untuk membangkitkan frekuensi rendah maupun
frekuensi tinggi dengan bantuan transistor dan kapasitor.
-
Resistor berfungsi sebagai pengatur tegangan output pada power
supply.
-
Resistor berfungsi sebagai penguat pembalik tegangan output pada
amplifier.
Karakteristik Resistor
Resistor sebagai komponen dasar elektronika memiliki beberapa
karakteristik utama, yaitu:
1. Resistansi
Resistansi adalah kemampuan suatu resistor untuk menghambat arus
listrik. Semakin besar nilai resistansi resistor, maka semakin
banyak arus yang bisa dihambat.
Nilai resistansi pada komponen resistor umumnya ditunjukkan
dengan kode warna dan kode angka. Dengan adanya kode ini kita
tidak perlu repot lagi mengukur resistansi resistor dengan
ohmmeter.
2. Daya yang Dihantarkan
Resistor juga dinilai berdasarkan seberapa besar daya listrik
yang dapat dihantarkan. Kemampuan ini dipengaruhi oleh nilai
resistansi dari sebuah resistor.
Hantaran daya resistor berbanding terbalik dengan nilai
resistansinya. Artinya, daya hantar listrik resistor akan
besar, jika nilai resistansinya kecil.
Begitupun sebaliknya, resistor hanya akan menghantarkan
sejumlah kecil daya apabila nilai resistansinya besar.
3. Koefisien Suhu
Resistor juga sangat dipengaruhi oleh suhu, dalam hal ini
resistansinya akan berubah mengikuti perubahan
suhu.
4. Derau Listrik (Noise)
Derau listrik (noise) gangguan-gangguan listrik yang tidak
diinginkan yang mengganggu kinerja rangkaian listrik.
Derau listrik bisa terdiri dari lonjakan daya atau
penurunan daya yang terjadi secara tiba-tiba.
Resistor juga bisa dinilai dari kemampuannya mengatasi
derau/gangguan listrik tersebut.
5. Induktansi
Induktansi adalah ukuran perlawanan terhadap suatu
perubahan dalam arus. Induktansi muncul karena adanya
medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik.
Karakteristik sebuah resistor juga dinilai berdasarkan
kemampuannya dalam mengatasi perubahan-perubahan dalam
arus tersebut.
Jenis-Jenis Resistor
Secara umum, resistor dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu resistor tetap dan resistor variabel. Tiap jenis
resistor memiliki kegunaan masing-masing.
Berikut ini akan kakak uraikan masing-masing jenis
resistor tersebut beserta kegunaannya:
1. Resistor Tetap (Fix Resistor)
Resistor tetap (fix resistor) adalah Resistor
yang nilai besarannya sudah ditetapkan sejak awal
pembuatannya dan tidak dapat diubah-ubah.
Jenis resistor tetap pada umumnya terbuat dari
padatan karbon, lapisan logam tipis, lapisan karbon
tipis, atau lilitan kawat.
Pada umumnya resistor-resistor yang termasuk ke
dalam kelompok resistor tetap berukuran kecil,
berbentuk bulat panjang, segi empat, dan lain-lain.
Nilai resistansinya dituliskan langsung pada body
resistor dan beberapa yang lain dituliskan dalam
bentuk kode warna atau angka yang melingkar di badan
resistor.
Sekarang ini, ada banyak jenis resistor tetap,
antara lain sebagai berikut:
1.1. Resistor Kawat
Resistor kawat adalah jenis resistor tetap yang
paling pertama dibuat atau resistor generasi
pertama pada waktu rangkaian elektronika masih
menggunakan tabung (Vacuum Tube).
Bentuknya bervariasi dan pada
umumnya memiliki ukuran dan bentuk fisik agak
besar.
Resistor kawat umumnya digunakan
dalam rangkaian daya karena memiliki resistansi
yang tinggi, yaitu disipasi terhadap panas yang
tinggi.
Jenis lainnya yang masih
digunakan sampai sekarang adalah jenis resistor
lilitan kawat yang dililitkan pada batang keramik
kemudian dilapisi dengan bahan semen.
Kemampuan dayanya tersedia dalam
ukuran 1 Watt, 2 Watt, 5 Watt, dan 10 Watt.
1.2. Resistor Batang Karbon (Arang)
Resistor batang karbon (arang) adalah jenis resistor
tetap yang terbuat dari bahan karbon kasar yang
diberi lilitan kawat.
Resistor ini diberi tanda dengan kode warna
berbentuk gelang yang menunjukkan nilai
resistansinya.
Umumnya, resistor ini berbentuk tabung atau silinder
dan terdapat dua kawat pada kedua sisinya.
Jenis resistor batang karbon sudah jarang ditemukan
beredar di pasaran saat ini. Kelemahan dari resistor
ini adalah resistansinya yang sangat sensitif dengan
perubahan suhu.
Ketika suhu resistor naik pada nilai tertentu, maka
resistansinya ikut meningkat.
1.3. Resistor Keramik (Porselin)
Resistor keramik (porselin) adalah jenis resistor
tetap yang terbuat dari bahan keramik. Dalam
perkembangannya, resistor keramik diberi lapisan
kaca tipis.
Resistor keramik banyak
dipergunakan dalam rangkaian-rangkaian modern saat
ini karena bentuk fisiknya yang kecil, tetapi
memiliki nilai ketahanan yang tinggi.
Di
pasaran, kita akan menjumpai resistor ini dengan
ukuran yang bervariasi, mulai dari 1/4 Watt, 1/3
Watt, 1/2 Watt, dan 2 Watt.
1.4. Resistor Film Karbon
Resistor film karbon adalah jenis resistor tetap
yang terbuat film karbon yang ditempelkan pada
batang keramik, kemudian dibakar dalam furnace.
Karakteristik
dari resistor ini hampir sama dengan resistor batang
karbon, namun noise, koefisien tegangan, dan
koefisien suhu yang lebih rendah.
Resistor
film karbon dapat bekerja pada suhu di antara -55 0C
hingga 155 0C dan tegangan maksimum dari 200 hingga
600 Volt.
Jenis resistor ini memiliki
nilai resistansi antara 1 Ω hingga 10 MΩ dengan
tingkat daya antara 1/6 Watt hingga 5 Watt pada 70
0C.
1.5. Resistor Film Metal (Logam)
Resistor film metal (logam) adalah jenis resistor
tetap dengan presisi dan stabilitas yang baik.
Metode pembuatannya hampir sama dengan resistor film
karbon.
Film metal ditempelkan pada
batang alumina dalam ruang vakum, atau menggunakan
film logam tebal untuk di udara.
Oxida
tipis atau nickel-chromium banyak digunakan
untuk film tipis dan untuk film tebal umumnya
menggunakan serbuk logam mulia dan kaca
(frit) dengan bahan pengingat dari tinta
resistif.
Resistor ini terbagi menjadi
dua kelas, yaitu toleransi 1% dengan koefisien suhu
25 sampai 100 ppm/0C. Nilai resistansi resistor ini
dapat mencapai 100 MΩ.
Resistor jenis ini
yang paling banyak beredar di pasaran adalah
resistor dengan tingkat daya 1/4 dan 1/8 Watt.
Resistor array adalah jenis resistor tetap yang
terdiri dari kumpulan beberapa resistor atau
komponen resistif yang disusun secara paralel dalam
substrat isolator yang sama dan mempunyai 1 pusat
yang disebut common.
Sebagian besar
resistor array yang beredar di pasaran terbuat dari
bahan film tebal dan dibungkus dengan paket
dual-in-line (DIPs) atau paket single-in-line
(SIPs).
Resistor ini mudah dikenali
dengan jumlah kaki-kaki (pin) yang banyak, mulai
dari 5, 6, 8, sampai 10 pin.
Resistor
array memiliki nilai resistansi mulai dari 10 Ω
sampai 10 MΩ dengan toleransi 2%.
Resistor
ini aman digunakan untuk disipasi daya kurang dari
1/2 Watt. Untuk kebutuhan nilai resistansi yang
lebih tinggi dapat menggunakan resistor array film
tipis.
Resistor array banyak digunakan
untuk transisi tegangan dalam rangkaian logika,
untuk sensor batas penguat dan pembatas arus pada
LED.
Resistor chip adalah jenis resistor tidak tetap yang
terbuat dari tinta resistif berupa tantalum nitride
atau nickel-chromium pada substrat alumina.
Permukaan bahan resistif kemudian dilapisi dengan
kaca untuk perlindungan.
Resistor chip
awalnya dibuat khusus untuk rangkaian hybrid, namun
perkembangan teknologi surface-mount-technology
(SMT) meningkatkan permintaan terhadap resistor
jenis ini.
Pada umumnya, resistor chip
memiliki tingkat daya 1/8 Watt atau lebih kecil.
Ukuran fisiknya hanya sekitar 1,6 x 3,2 mm.
2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)
Resistor tidak tetap adalah resistor yang nilai
resistansinya dapat diubah-ubah sesuai dengan
keperluan.
Terdapat bagian pada resistor tidak tetap yang
bertugas untuk mengubah nilai resistansi dengan
cara digeser atau diputar.
Berikut ini adalah beberapa jenis resistor yang
dikategorikan sebagai resistor tidak tetap:
2.1. Potensiometer
Potensiometer adalah resistor tidak tetap yang
resistansinya dapat diubah dengan memindahkan kontak
geser atau penyapu sepanjang elemen resistifnya
untuk mendapatkan nilai tahanan yang diinginkan.
Resistor
ini memiliki terminal pada tiap ujung dari elemen
resistifnya dan terminal ketiga dihubungkan dengan
penyapu yang dapat digeser.
Jika penyapu
dipindahkan pada posisi pangkal elemen resistif,
maka nilai tahanan potensiometer akan mengecil.
Sebaliknya,
jika dipindahkan ke ujung elemen yang jauh, maka
nilai tahanan akan meningkat.
Potensiometer banyak digunakan pada alat pencari
frekuensi radio, mengatur volume audio, menyesuaikan
tingkat kecerahan, intensitas atau kontras dalam
rangkaian video.
2.2. LDR (Light Dependent Resistor)
LDR atau Light Dependet Resistor adalah salah satu
jenis resistor yang resistansinya dipengaruhi oleh
cahaya yang diterima olehnya.
Besarnya nilai hambatan pada LDR tergantung pada
besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR itu
sendiri.
LDR atau resistor peka cahaya (fotoresistor)
resistansinya akan menurun jika ada penambahan
intensitas cahaya yang mengenainya, begitupun
sebaliknya.
Saat ini LDR sering digunakan sebagai sensor pada
rangkaian saklar cahaya, sensor pada lampu otomatis,
sensor pada alarm brankas, sensor pada tracker
cahaya matahari, dan sensor untuk kontrol arah
peralatan panel surya.
2.3. Trimpot
Trimpot adalah singkatan dari Trimmer
Potensiometer, yaitu potensiometer kecil yang
berguna untuk melakukan pengaturan.
Tidak
sama dengan potensiometer biasa yang nilai
tahanannya bisa diputar/digeser secara langsung,
trimpot harus menggunakan obeng.
Umumnya,
trimpot diletakkan di dalam kotak alat dan tidak
dapat diakses langsung dari luar oleh pengguna.
Model potensiometer ini dirancang untuk dipasang
langsung pada papan rangkaian dengan diameter 6
dan 10 mm.
Trimpot sering digunakan
pada peralatan radio, TV, peralatan audio, monitor
komputer, serta berbagai jenis alat uji dan alat
komunikasi.
2.4. Rheostat
Rheostat adalah resistor tidak tetap yang terbuat
dari lilitan kawat. Ujung pertama lilitan kawat
menjadi ujung rheostat, ujung yang lain adalah
kontak geser.
Jika kontak geser
digerakkan, maka hambatan rheostat akan berubah.
Rheostat berfungsi untuk mengatur besarnya arus
yang diinginkan mengalir.
Saat ini, rheostat sering digunakan pada alat
pengisian aki dan di dalam laboratorium untuk
keperluan praktikum siswa.
2.5. Termistor (Thermistor)
Termistor atau thermal resistor adalah resistor
tidak tetap yang resistansinya dipengaruhi oleh
suhu.
Terdapat 2 jenis termistor,
yaitu termistor NTC dan termistor PTC.
Karakteristik dari kedua jenis termistor ini
berbeda.
Termistor NTC (Negative Temperature Coefficient) adalah resistor yang nilai resistansinya akan
mengecil jika terjadi peningkatan suhu.
Sementara
itu, termistor PTC (Positive Temperature Coefficient) adalah resistor yang nilai resistansinya akan
meningkatkan ketika terjadi penurunan suhu.
Sekarang ini, termistor banyak digunakan pada
alat sensor suhu, pembatas lonjakan arus, dan
proteksi sirkuit.
Kode Warna Resistor
Kode warna resistor adalah pita warna berbentuk gelang/cincin yang
melingkari badan resistor untuk
menyatakan nilai hambatan sebuah resistor.
Dengan kode warna ini, kita tidak perlu lagi
mengukur nilai hambatan resistor dengan
ohmmeter, tetapi cukup dengan melihat kode
warna tersebut.
Setiap gelang warna mewakili nilai tertentu,
olehnya itu sangat penting untuk mengetahui
arti dari setiap warna tersebut.
Penggunaan kode warna pada resistor
pertamakali dikembangkan pada tahun 1957 oleh
bangsa Amerika dan Eropa.
Kode ini
kemudian diadopsi oleh EIA (Electronic Industries Alliance) dan ditetapkan sebagai aturan untuk
menyatakan nilai hambatan resistor menurut
standar EIA-RS-279.
Berikut ini adalah tabel kode warna beserta
nilainya:
Tabel Nilai Kode Warna Resistor
Kode
|
Warna |
Nilai |
H |
Hitam |
0 |
Co |
Coklat |
1 |
Me |
Merah |
2 |
O |
Orange |
3 |
Ku |
Kuning |
4 |
Hi |
Hijau |
5 |
Ru |
Biru |
6 |
Vi |
Violet/Ungu |
7 |
A |
Abu-abu |
8 |
Tih |
Putih |
9 |
|
Emas |
|
|
Perak |
|
|
Tak berwarna
|
|
Menurut standar tersebut, kode warna pada
resistor terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
resistor dengan kode 4 warna, 5 warna, dan 6
warna. Berikut ini penjelasannya:
1. Resistor 4 Cincin Warna
Cincin/gelang warna ke-1 dan ke-2 adalah digit kode
angka, cincin ke-3 sebagai faktor pengali, dan
cincin ke-4 menunjukkan nilai toleransi.
Berikut ini tabelnya:
2. Resistor 5 Cincin Warna
Cincin/gelang warna ke-1, ke-2, dan ke-3 adalah digit
angka, cincin ke-4 faktor pengali, dan cincin
ke-5 menunjukkan nilai toleransi. Berikut ini tabelnya:
3. Resistor 6 Cincin Warna
Nilai resistansinya sama seperti resistor 5
warna, tetapi pada resistor ini cincin/gelang warna
ke-6 menunjukkan nilai koefisien toleransi
suhu.
Cara Menghitung Nilai Resistor
Sekarang, kita akan terapkan nilai-nilai kode warna pada tabel di atas untuk menghitung nilai hambatan sebuah resistor.
Perhatikan gambar resistor berikut ini!
Berapakah nilai hambatan resistor di atas?
Jawab:
Gelang 1 Coklat = 1
Gelang 2 Orange = 3
Gelang 3 Biru = 1 MΩ
Gelang 4 Emas = 5%
Nilai resistor = 13 x 1 MΩ = 13 MΩ Toleransi 5%
Toleransi bisa juga disebut sebagai nilai kurang lebih dari hambatan resistor. Berikut ini perhitungannya:
Toleransi 5% = 13.000.000 x 5% = 650.000 = 0,65 MΩ
Nilai batas atas resistor = 13 + 0,65 = 13,65 MΩ
Nilai batas bawah resistor = 13 - 0,65 = 12,35 MΩ
Rangkaian Resistor
Terdapat 3 cara untuk merangkai resistor, yaitu secara seri, paralel, dan campuran. Berikut ini penjelasannya:
1. Rangkaian Seri Resistor
Rangkaian seri resistor adalah rangkaian resistor yang disusun secara berurut, disebut juga rangkaian berderet. Berikut ini bentuknya:
Rumus hambatan pengganti (Rs) resistor di atas adalah:
Rs = R1 + R2 + R3 + R4.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai rangkaian seri, baca materi ini:
Rangkaian Seri.
2. Rangkaian Paralel Resistor
Rangkaian paralel resistor adalah rangkaian resistor yang disusun secara berjajar atau bercabang. Berikut ini bentuknya:
Rumus hambatan pengganti (R
p) pada rangkaian paralel resistor di atas adalah:
1/RP = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + 1/R4
Untuk memahami lebih lanjut mengenai rangkaian paralel, baca materi ini:
Rangkaian Paralel.
3. Rangkaian Campuran Resistor
Rangkaian campuran resistor adalah rangkaian resistor yang disusun secara seri dan paralel. Berikut ini bentuknya:
Rumus hambatan pengganti pada rangkaian di atas adalah:
Rs = R1 + R2 + Rp
Kesimpulan
Jadi, resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi
jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian.
Gimana adik-adik, udah paham kan materi
resistor di atas? Jangan bingung lagi yah.
Sekian dulu materi kali ini, bagikan agar teman yang lain bisa membacanya. Terima kasih, semoga bermanfaat.
Referensi:
-
Wahyudi, Udik. 2018. Mahir dan Terampil Belajar
Elektronika. Yogyakarta: Deepublish.
-
Yohandri dan Asrizal. 2016. Elektronika Dasar 1:
Komponen, Rangkaian, dan Aplikasi. Jakarta:
Kencana.
Posting Komentar